Selasa, 25 Januari 2011

SEGAR (Senam dan Bugar)

oleh Abu Ihsan

..oleh karenanya Partai Keadilan Sejahtera, memperkenal senam PKS Nusantara....sbg penutup kata pengantar dari Ust Hidayat Nurwahid..dalam rangkaian lagu pengiring senam PKS Nusantara.

Ahad, 23 Januari 2011, ditengah rintikan hujan, kader ikhwan dan akhwat serta simpatisan PKS area kecamatan Ilir Timur II, bergerak seirama dengan alunan lagu, ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang...tangan di atas, didepan ....

Pagi yang indah, penuh dengan gairah seluruh kader, mengambarkan semangat yang kembali muncul dalam diri kader dakwah...begitu pentingnya bergerak, bersilaturahim...berjama'ah.

Seluruh peserta bergerak serempak mengikuti gerakan Mervin, sang instruktur senam.
Termasuk beberapa anak kader yang masih balita pun ikut bergerak.

Selepas senam, dengan peluh keringat yg masih membasahi kaos dan tubuh kader, seluruh peserta senam menikmati susu kedelai hangat produksi akh Kholis yg juga kader IT2 dan makanan ringan ala kadar.
Tawa, canda dan saling tegur sapa sambil menikmati sajian pagi ini, terasa begitu nikmat dan indah, se SEGAR jasad dan insyaallah ruhiyah para kader.

Pak Asep, salah satu kader muda (walau sudah berumur, tapi semangat tetap muda), mengenal produk industri rumahannya, berupa aksesoris wadah alat tulis dan celengan anak.
Suatu peluang usaha sesungguhnya bagi para kader.

Pemeriksaan kolesterol, gula darah dan asam urat, juga menambah kesemarakan acara selepas senam. Beberapa kader terlihat memeriksakan darahnya. Identifikasi dini terhadap kesehatan diri adalah hal yang mutlak, agar senantiasa terjaga jasadiyah.

Semoga ini menjadi penunjang spirit para kader dalam mengemban amanah dakwah, untuk mengajak seluruh masyarakat dalam nilai-nilai kebaikan.

Sedikit dokumentasi berikut, semoga bisa mengambarkan betapa semangat itu selalu bergelora dan bergerak untuk menuju ke suatu muara, Pemilik Segala Cinta...Allahu robbul'alamin.



Kamis, 20 Januari 2011

Semangat Baru "Liqo" Kita


oleh Dzulqarnaen Deputi Tadrib DPW PKS Jawa Barat

Muharram Tahun Baru ini, semoga memberikan energi segar bagi kita. Bukan hanya fisik, tapi ma'nawi kita juga bertambah kekuatannya. Oleh karena itu bagi aktifis dakwah seharusnya Muharram merupakan momentum untuk meningkatkan produktifitas amal, meningkatkan kontribusi da'awi, dan meloncatkan prestasi kita bagi jama'ah dakwah ini.

Ikhwah fillah, bagi kader dakwah, LIQO (Pertemuan) seakan-akan menjadi pekerjaan utama dalam kehidupan kita. Dalam seminggu, entah berapa kali ikhwan mengadakan liqo. Ada halaqoh, liqo usroh, liqo DPRa, liqo DPC, liqo DPD, liqo bidang-bidang, dan liqo-liqo lainnya. Seorang anak ikhwan ketika ditanya oleh tetangganya tentang kerjaan umminya, dengan polos anak tersebut mengatakan, "Ummi kerjanya liqo...".

Liqo kita semuanya membicarakan hal-hal penting, oleh karena itu kita harus membuat setiap liqo menjadi segar, nyaman dan kondusif agar mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas kader, memelihara dan merawat kader, serta mampu menghasilkan produk-produk dakwah yang berkualitas. Sesungguhnya kecepatan, kedalaman, dan ketajaman gerak manuver dakwah kita sangat bergantung dari produktivitas liqo-liqo kita. Langsung maupun tidak langsung, masyarakat sangat menanti produk ataupun output dari setiap liqo kita.

Begitulah seharusnya jama'ah kita, menjadi penopang bagi tegaknya izzah ummat. Kita tidak bisa berharap banyak dari orang lain, dari organisasi lain, termasuk oleh pejabat dan pemerintah untuk menyelamatkan ummat ini.

Posisi mulia dan strategis dari setiap liqo yang kita lakukan selama ini, seharusnya membuat motivasi yang tinggi bagi kita. Namun seperti apakah potret liqo kita selama ini? Pada beberapa kesempatan, ikhwan di beberapa daerah menilai liqo-liqo selama ini masih belum sesuai harapan.

"Liqo tidak mampu menjadi solusi terhadap qodhoya a'dho"

"Liqo tidak mampu memberikan taujih, motivasi, atau hal-hal yang bermanfaat bagi a'dho"

"Liqo tidak mampu membangun ukhuwah antar a'dho, ukhuwah islamiyah hanya sekedar teori"

"Liqo tidak mampu menghasilkan produk apa-apa, hanya sekedar menjalani baromij standar, tanpa ghiroh"

"Liqo atau rapat-rapat sering molor, agenda tidak jelas, tidak efektif, dan lain sebagainya"

Ikhwah fillah, marilah kita sedikit menggeser dan memperbaiki paradigma kita tentang liqo. Kalaulah selama ini mungkin kita bertanya, "apasih yang saya dapat dari liqo?" Bagaimana kalau kita ganti dengan pertanyaan, "Apa yang bisa saya berikan untuk liqo?". Cobalah kita bayangkan jika setiap a'dho berangkat liqo dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan penuh semangat untuk memberikan yang terbaik bagi liqonya. Sesungguhnya sehat tidaknya sebuah liqo, bergantung dari kita sendiri. Kita lah yang membuat liqo itu sehat, dan kita pula lah yang membuat liqo itu sakit.

Rasanya kita juga perlu meluruskan lagi motivasi kita; bahwa kita hadir dalam liqo bukan karena naqib/murobbi dan mutaba'ah kehadiran, bukan karena ketua DPRa, DPC, atau ketua DPD yang mengundang kita; tapi kita hadir dalam setiap liqo karena Allah SWT, kita merasa bersalah dan berdosa jika tidak hadir atau terlambat hadir dalam liqo. Jika kita merasa "malas" untuk liqo, ingat-ingatlah firman Allah: Laa takhuunullaha warasulahu watakhuunu amaanatikum wa antum ta'lamun (QS Al-Anfal).

Ikhwah fillah, pandanglah usroh dan halaqoh kita sebagai sebuah taman, yang ingin kita buat menjadi indah, kita sirami, kita beri pupuk, jika ada gulma kita lah yang membersihkannya, sehingga usroh dan halaqoh kita menjadi taman yang indah, bunga-bunga berseri, dan menghasilkan buah yang dinikmati orang banyak.

Pandanglah setiap liqo dan rapat yang mengundang kita sebagai wadah yang disediakan Allah bagi kita untuk berkontribusi dalam amal, pandanglah liqo sebagai sesuai yang besar dan penting, sesederhana apapun liqo itu. Jangan kecewakan jamaah dan ummat karena kita malas dan tidak bersemangat hadir liqo. Bersyukurlah karena Allah dan jamaah telah memilih kita, disaat sekian banyak orang lain tidak berhak hadir dalam liqo tersebut.

Ikhwah fillah, pasca perubahan tahun ini, semoga liqo kita menjadi segar, semakin sehat, semakin bergairah, dan dengan kondisi begitulah liqo mampu mengeluarkan produk-produk dakwah yang bermanfaat, dan kita adalah a'dho yang menjadi penopang tegaknya liqo kita, Insya Allah.

Akhukum fillah, Dzulqarnaen Deputi Tadrib DPW PKS Jawa Barat

Selasa, 11 Januari 2011

Dakwah adalah Cinta

Teringat kembali aku akan nasehat Syaikhut Tarbiyah, Ust. Rahmat Abdullah, tentang

dakwah…

Memang seperti itu dakwah.

Dakwah adalah cinta.

Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.

Sampai pikiranmu.

Sampai perhatianmu.

Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan.

Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang

“ Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah. : In memoriam Ust. Rahmat Abdullah La’allanaa fii barokatillah…. Ya Alloh, karuniakanlah kami panasnya iman yang mampu membakar ruh HAMASAH untuk terus bermujahadah dengan penuh kesabaran….aamiin

sumber: http://www.islamedia.web.id/2010/12/dakwah-adalah-cinta.html

Minggu, 09 Januari 2011

Malam Mingguan Kader IT2

oleh Abu Ihsan

Malam minggu malam yang panjang..hehe, sebuah bait syair lagu yg sering kita dengar dari para musisi 'dadakan'.

Sabtu, 3 shafar 1432 H atau 8 Januari 2011, beberapa pengurus DPC IT2 dan kader inti IT 2, berkumpul di rumah Abu Ihsan, beberapa agenda tahunan menjadi bahasan bersama.
Lewat jam 16.00 beberapa kader mulai berdatangan akh Sabda, akh Zaki, akh Hery, akh Gardi, akh Shahab, akh Syaiful anwar dn amir, akh Rahmadi.

Syuro di mulai dengan rasa syukur yang tak terkira atas nikmat yang didapat, nikmat Iman, Islam dan Ukhuwah.
"DPC harus punya milestone sampai tahun 2014, agar jelas arah dalam 1 tahun programnya," demikian paparan Abu Ihsan mengawali brainstroming syuro'.
Banyak ide dan gagasan yang bisa ditampung :

"bahasanya jgn konsolidasi, fokus pada dpc untuk tahun ini," saran akh Syaiful amir

"penokohan di tahun 2013 diselingi pelayanan publik, penokohan belum terlihat jelas arahnya", usulan akh Hery.

"konsolidasi dan layanan publik selalu include dalam setiap aktivitas, penjajakan respon wilayah dan pemetaan untuk fokus dijadikan basis", masukan akh Zaky

"target harus jelas dan terperinci dengan obyek dakwah, konsolidasi harus yang menarik dan tidak membosankan", akh Shahab mengingatkan.

"konsolidasi berbasis kapasitas internal mis. Kepanduan", inputan akh Sabda.

Subhanallah, inilah yang dinamakan semangat itu...ruh itu...keinginan untuk selalu berbuat, bergerak, beramal .... senantiasa memberikan manfaat.
Virus itu cepat sekali menyebar.....antum ruhul jadid...engkaulah ruh baru itu..

Alhamdulillah lepas maghrib, syuro selesai, dengan nasi goreng ala chief lemabang, melengkapi rangkaian penutup pertemuan kali ini.

Beberapa point penting, insyaallah menjadi penguatan kembali kegiatan DPC, antara lain :
Milestone DPC :
tahun 2011 = penguatan kader (konsolidasi DPC, DPRA dan Kader)
tahun 2012 = pelayanan publik
tahun 2013 = penokohan
tahun 2014 = pemenangan
"ada penguatan di setiap tahun tanpa meninggalkan unsur kerja yang lain, kita detilkan target sesuai dengan penguatan kerja," abu Ihsan mengingatkan.

Kegiatan DPC dalam bulan Januari ini.
23 Jan 2011 = Senam PKS Nusantara, kader dan simpatisan
30 Jan 2011 = HPL
6 Feb 2011 = TKK dengan masyaikh Da'wah

Semoga langkah awal ini menjadi langkah yg berkelanjutan dalam upaya kita untuk membangun satu misi besar bersama...misi peradaban...ustdaziatul 'alam...insyaallah Allahu Akbar!!!

Kamis, 06 Januari 2011

MUSIBAH




Oleh : Anis Matta


Seperti juga kegagalan, ada bentuk lain dari rintangan yang menghadang seorang pahlawan. Musibah. Yang dimaksud musibah disini adalah semua bencana yang menimpa sesorang yang mempengaruhi seluruh kepribadiannya dan juga jalan hidupnya. Misalnya, kematian orang terdekat seperti yang dialami Rasulullah saw saat meninggalnya Khadijah ra dan Abu Thalib. Yang sangat berat dari musibah-musibah itu adalah menimpa fisik dan mempengaruhi ruang gerak seorang pahlawan. Misalnya, kebutaan, ketulian, atau kelumpuhan. Kenyataan seperti ini tentu saja membatasi ruang gerak dan menciptakan keterbatasan-keterbatasan lainnya.

Namun, masalahnya sesungguhnya bukan disitu. Inti persoalannya ada pada goncangan jiwa yang mungkin ditimbulkan oleh musibah tersebut. Goncangan jiwa itulah yang biasanya mengubah arah kehidupan seseorang. Sebab, musibah itu mungkin menghilangkan kepercayaan dirinya, membabat image dirinya ditengah lingkungannya, membabat habis harapah-harapan dan ambisi-ambisinya serta menyemaikan keputusasaan dalam dirinya. Jalan yang dihadapannya seperti menjadi buntu dan langit kehidupan menjadi gelap, maka mimpi kepahlawanannya seperti gugur satu demi satu.

Akan tetapi, para pahlawan selalu menemukan celah dibalik kebuntuan, dan memiliki secercah cahaya harapan dibalik gelapnya kehidupan. Yang pertama mereka lakukan saat musibah itu datang adalah mempertahankan ketenangan. Sebab, inilah akar keseimbangan jiwa yang membantu seseorang melihat panorama hidup secara proposional. Keseimbangan jiwa inilah yang membuat seseorang tegar didepan goncangan-goncangan hidup.

Yang kedua adalah mempertahankan harapan. Sebab, harapan, kata Rasulullah saw, adalah rahmat Allah bagi umatku. Jika bukan karena harapan, takkan ada orang yang mau menanam pohon dan takkan ada ibu yang mau menyusui anaknya. Harapan adalah buah dari kepercayaan kepada rahmat Allah SWT dan juga kepada kemampuan Allah SWT melakukan semua yang ia kehendaki.

Yang ketiga adalah mempertahankan keberanian. Dan keberanian adalah buah dari kepercaan diri yang kuat dan juga anak yang lahir dari tekad baja. Keberanian dibutuhkan untuk menembus keterbatasan-keterbatasan pada ruang gerak dan hambatan yang tercipta akibat perubahan pada image.

Yang keempat adalah mempertahankan semangat kerja di tengah keterbatasan-keterbatasan itu. Dalam banyak kasus, keterbatasan-keterbatasan justru membantu memberikan fokus pada arah dan target serta konsentrasi yang kuat. Yang kita lakukan disini adalah memenuhi ruang yang tersedia dengan amal dan karya.

Begitulah para pahlwan mensiasati musibah. Maka, kebutaan tidak dapat menghambat Syeikh Abdul Aziz bin Baz merebut takdirnya sebagai ulama besar abad ini. Ketulian juga gagal mencegat perjalanan Mustafa Shadiq Al-Rafi'i menuju puncak, sebagai salah satu sastrawan muslim terbesar abad ini. Dan kelumpuhan menyerah didepan tekad baja Syeikh Ahmad Yasin yang menjadi mujahid besar abad ini, bukan saja dalam melawan kebiadaban israel, tetapi bahkan menentang dunia.